Bonbon Donor Darah
Pada suatu hari, nun jauh Di Hutan Pelangi, hiduplah seekor kelinci yang bernama Bonbon. Bonbon dan teman temannya yang sesama kelinci sedang mendengarkan penjelasan dari Ibu Purnama, seekor burung hantu yang menjadi dokter di Rumah Sakit Hutan Pelangi. "Kuuk, kuuk, perhatian semuanya, besok akan ada program donor darah di lapangan hijau, karena itu kita semua harus ikut membantu” Kata Ibu Purnama dengan suara lembutnya. “Selain itu, kalau teman teman mau donor darah, nanti akan mendapatkan hadiah wortel manis!”
Mendengar itu, Bonbon dan teman temannya melompat dengan semangat . "Aku ingin ikut mendonor darah!" seru salah seorang temannya. “Aku juga mau!” kata temannya yang lain. Bonbon tidak mau kalah, dia juga ingin hadiah wortel yang enak. “Aku mau juga, Ibu Purnama!” seru Bonbon.
“Tapi ada syaratnya” Kata Ibu Purnama dengan nada misterius. Para kelinci menatap ibu purnama dengan rasa penasaran. “Apa syaratnya bu?” Tanya para kelinci. “Syaratnya adalah,” jawab Ibu Purnama, “Kalian harus berumur 17 tahun keatas, dan beratnya diatas 50 kilo”.
Sebagian teman teman Bonbon bersedih, karena umur mereka dibawah persyaratan. Harapan mereka untuk mendapatkan wortel manis hancur lebur. Melihat hal itu Ibu Purnama menambahkan. “Tenang, teman-teman yang ikut relawan akan mendapatkan juga wortel manis!” Teman teman Bonbon kembali gembira, mereka melompat lompat dengan semangat.
“Sekian pemberitahuan hari ini, bersiap siap untuk relawan dan donor darah ya!” Kata Ibu Purnama. “Ingat! Acaranya besok pagi di lapangan hijau. Yang ikut relawan dan donor darah akan mendapatkan wortel manis!” tandas Ibu Purnama yang kemudian terbang dan menghilang.
Para kelinci pun kembali ke rumah masing masing. Di rumah, Bonbon merasa sangat gembira. Karena usia Bonbon mencukupi syarat yang diberikan Ibu Purnama. Namun, Bonbon kurang yakin dengan satu persyaratan lagi. "Usiaku sudah cukup, tapi bagaimana dengan berat badanku?" gumamnya sambil melihat bayangannya sendiri di cermin.
Terlihat dari cermin bahwa Bonbon bertubuh tinggi. Tetapi badan dia terlihat kurus. Hal itu membuat Bonbon ragu apakah beratnya cukup. “Apakah aku terlalu kurus?” Batin Bonbon. Karena ragu, akhirnya dia pergi ke ruang keluarga. Disana dia melihat ada timbangan berat badan! Dengan penuh harap, Bonbon melompat ke atas timbangan.
Angka di timbangan tersebut naik dengan perlahan. Bonbon berdebar debar menunggu hasil timbangan tersebut. Bip, bip, bip. Angka yang muncul di timbangan adalah 55 kg. Seketika Bonbon merasa senang! Dia melompat gembira kesana kemari. “Alhamdulillah! Ternyata berat badanku cukup!” Sorak Bonbon. Tiba tiba Bonbon berhenti melompat. Bonbon teringat bahwa dia belum izin kepada orangtuanya. Bonbon khawatir kedua orangtua-nya tidak mengizinkan, tetapi jika Bonbon tidak izin, orangtua-nya mungkin akan marah.
Akhirnya dia mengetuk kamar orangtua-nya. Ibunya kemudian membuka pintu, “Ada apa Bonbon?” Tanya Ibunya Bonbon. “Jadi bu, kata Ibu Purnama besok ada acara Donor Darah di lapangan hijau, Bonbon harus ikut membantu disana” Jawab Bonbon. “Selain itu, Ibu Purnama bilang kami bisa ikut mendonorkan darah, tetapi syaratnya harus diatas 17 tahun dan beratnya diatas 50 kilo”. Ibunya mengangguk dan terus menyimak. “Nah..karena Bonbon di atas umur 17 tahun dan beratnya juga cukup, Bonbon tertarik buat ikut.” Mendengar hal itu, ibunya berpikir sejenak. “Apakah saya boleh ikut bu?” Tanya Bonbon.
Bonbon merasa cemas karena takut dilarang ibunya, tetapi dia juga berharap ibunya mengizinkan dia. Setelah berpikir, Ibunya menjawab. “Hmm…” gumam Ibunya Bonbon, “Boleh Bonbon, Ibu senang kamu mau dan bisa donor darah.” Seketika Bonbon merasa senang, dia kembali melompat lompat riang gembira. “Terimakasih Ibu!” Kata Bonbon, dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Malam itu, Bonbon tidur pukul 11 karena terlalu asyik membayangkan bagaimana lezatnya rasa wortel yang akan dia dapat.
Pagi harinya, Bonbon bangun dengan semangat. Dia bersiap siap dan langsung berangkat ke lapangan hijau. Disana dia membantu menyiapkan kursi, meja, dan perangkat donor darah di lapangan hijau. Setelah semuanya siap, Bonbon duduk menunggu dokter datang untuk melakukan pemeriksaan. Dokter pun datang. Bonbon mengantri untuk diperiksa.
Ketika giliran-nya tiba, Dokter menanyakan beberapa pertanyaan. “Umur berapa?” tanya Dokter. “18 tahun, Dokter” jawab Bonbon. Hati dia berdebar debar karena khawatir tidak lulus pemeriksaan. “Apakah memiliki riwayat alergi?” Tanya sang Dokter kembali. Bonbon berpikir sejenak, “Saya alergi dengan janji manis, apakah tidak apa apa Dok?”. Sang Dokter terkekeh, “Tidak apa apa” jawabnya sembari menulis di lembaran pemeriksaan. Dokter pun melakukan beberapa tanya jawab. Setelah itu, Dokter memeriksa tekanan darah Bonbon.
Alhamdulillah, Bonbon lulus pemeriksaan. Tekanan darahnya 115, dan tidak ada alergi yang menghalangi izin donor darah. Berat badannya juga tetap di atas 50 kg. "Semua baik-baik saja," gumamnya sambil tersenyum. Bonbon pun kembali duduk di kursi menunggu gilirannya.
Ketika tiba gilirannya, perasaan Bonbon campur aduk antara deg-degan dan senang. "Inilah saatnya" batin Bonbon. Saat berbaring, tangannya diusap dengan cairan antiseptik, kemudian dipasangi alat tensi otomatis yang keren. “Alat ini untuk apa pak?” Tanya Bonbon kepada petugas donor darah. "Tujuannya untuk memperlancar aliran darah dan mengurangi rasa sakit dek" jawab Petugas tersebut. “Waah, keren juga” pikir Bonbon sambil sedikit kagum.
Namun, Bonbon tidak bisa menghindari rasa tegang. "Bagaimana jika jarumnya menusuk urat lain dan menjadi berbahaya?" pikirnya cemas. Bayangan darah yang luber ke mana-mana membuatnya bergidik. Jantungnya terasa berdetak lebih keras. Bonbon pun berusaha mengalihkan perhatiannya dengan mengobrol dengan petugas.
“Pak, apasih kegunaannya mendonor darah?” Tanya Bonbon penasaran. “Waah, banyak dek” jawab si Petugas. “Kalau adek donor darah, darah adek nanti digantiin sama darah yang lebih bagus,” “Terus donor darah juga bisa mengurangi kolestrol” kata si Petugas sambil terus mengecek kantong darah. Bonbon tertarik dengan jawaban si Petugas. “Alhamdulillahnya, aku punya kesempatan buat mendonor darah” batinnya dengan perasaan bersyukur.
Bonbon merasa lebih tenang. Tapi, tiba-tiba dua orang temannya melewat dan melihat prosesnya. “Ih, liat itu darahnya ngalir kedalam kantung” bisik salah satunya. “Iya ya, terus aku baru tau ternyata darahnya agak keunguan”. Mendengar itu Bonbon menjadi penasaran sekaligus dia merasa ngeri. Hatinya kembali berdebar debar.
Mendadak tangan Bonbon merasa kebas, seakan darah disedot semua dari tangannya. Bonbon kembali merasa panik. Tetapi dia berdzikir dan bertahmid agar tenang. Cara itu berhasil, dan membuat Bonbon bertahan sampai donor darah selesai.
Setelah selesai mendonor darah, Bonbon merasa lebih tenang dan sangat senang karena masih hidup. "Aku berhasil!" serunya dalam hati “Donor darah emang gak mudah, tapi juga gak seseram yang dibayangkan” batin Bonbon. Setelah itu, Bonbon duduk beberapa saat di kursi.
Ketika Bonbon sedang duduk, tiba tiba seorang temannya datang dan memberikan dua buah wortel besar berwarna oranye. “Selamat ya!” Kata temannya Bonbon sembari tersenyum lebar. Bonbon menerima wortel itu dengan semangat. “Terimakasih banyak kawan!” Kata Bonbon dengan berbinar binar.
Mulut Bonbon sudah dipenuhi dengan air liur, dia tidak sabar untuk merasakan wortel tersebut. “Masyaa Allah, tampaknya wortel ini lezat!” Batin Bonbon. Ketika menggigit wortel itu, rasa manis mengisi mulut Bonbon. “Enak sekali!” Sahut Bonbon dengan girang. Bonbon menghabiskan kedua wortel tersebut dengan rakus.
Setelah habis Bonbon mengusap perutnya, dia senang dan kenyang. Bonbon pun kembali ke rumah dan tidur dengan pulas untuk mengisi energinya kembali.
Tamat