Salman Web

Cara Yang Benar Agar Wawancara di Pasar Berjalan Buruk

Suasana di Pasar Ujung Berung

Suasana di Pasar Ujung Berung

"Kenapa kita ke pasar? Karena di sana kita akan melihat dunia yang sebelumnya tidak pernah kita lihat," kata Bu Intan, guru saya di My Idea School. Kalimat itu melekat di kepala saya saat menerima tugas ini, bahkan memotivasi saya untuk datang dan melihat kehidupan di pasar. Akan tetapi, saya menyesal tidak cukup siap untuk melihat dan merasakan hal baru di sana.

Pada hari Rabu, tanggal sembilan Oktober, tepat jam tujuh pagi, saya berangkat ke sebuah pasar di Jl. Raya Ujung Berung, Sukamulya, Kec. Cinambo, Kota Bandung. Suasana di sana ramai, penuh dengan orang-orang yang sibuk berbelanja. Suara air yang beriak dari kuali pedagang ikan, ayam yang dipotong-potong oleh tukang daging, dan jalanan yang dipadati berbagai jenis manusia membuat pasar ini benar-benar hidup.

Tujuan saya ke pasar adalah untuk mengerjakan tugas sekolah: mengamati pasar serta melakukan wawancara yang terekam dengan para penjual. Tugas ini bukan sekadar untuk mengetahui harga atau produk apa yang dijual, tetapi lebih untuk menggali sudut pandang mereka—bagaimana rasanya menjadi penjual di pasar, siapa yang menyediakan barang dagangannya, dan tantangan apa yang mereka hadapi.

Saya memutuskan untuk mencoba wawancara kepada penjual di sana. Di antaranya ada tukang daging, tukang batagor, dan pemilik toko kelontong. Saya pikir hal ini akan mudah; hanya perlu meminta izin untuk merekam, bertanya beberapa hal, dan setelah itu berterima kasih kemudian pergi. Ternyata, realita tidak sesederhana yang dibayangkan. Terjadi penolakan halus dari para pedagang, bahkan ada yang melihat saya dengan tatapan curiga.

Oleh karena itu, pembaca yang baik, izinkan saya memberikan tips kepada kalian tentang bagaimana caranya membuat wawancara kalian berakhir dengan berantakan.

  1. Meminta Izin untuk Wawancara
    Tentu saja, saya pikir meminta izin adalah hal yang sopan, tetapi tidak sesuai jika posisimu sedang di pasar. Siapa sih yang suka ditanya, "Boleh saya wawancara, Bu?" Apalagi kalau mereka tidak terbiasa diwawancarai; sudah pasti akan grogi. Seperti halnya saat kamu diajak bicara oleh orang asing di jalan, kamu pasti akan waspada dan berusaha menolak secara halus. Karena itu, kalau mau membuat pedagang menolak untuk diwawancarai, ini cara terbaik.

  2. Ngobrol dengan yang Sibuk
    Kalau mau mendapatkan jawaban berkualitas, ajak ngobrol pedagang yang sedang sibuk teriak-teriak menjual dagangannya, menghitung uang kembalian, dan mengurus pelanggan lainnya. Dijamin, akan mendapatkan jawaban setengah hati atau malah setengah kata. Dan kalau mau wawancaranya dibalas dengan tatapan "Kamu nggak lihat saya lagi sibuk, ya?", ini adalah strategi yang tepat.

Pedagang yang sedang melayani pembeli

Pedagang yang sedang melayani pembeli
  1. Meminta Izin untuk Merekam / Merekam Tanpa Izin
    Ini saran favorit saya. Meminta izin untuk merekam? Tentu saja, ide yang sangat "cerdas." Rata-rata penjual yang saya ajak bicara langsung mundur begitu saya menyinggung soal rekaman. Yang awalnya mau bercerita, tiba-tiba menjadi canggung dan berubah pikiran. "Zaman sekarang mah serem, Dek. Takutnya foto dan video kita bisa disalahgunakan," kata tukang batagor yang akhirnya mau saya wawancarai tanpa direkam.

Pedagang batagor yang mau diwawancarai

Pedagang batagor yang bersedia diwawancarai

Jadi, kalau kamu mau wawancaranya gagal total, pastikan kamu usulkan rekaman di tengah obrolan, dan tetap memaksa merekam jika pedagang tidak sudi direkam. Dijamin sukses bikin suasana tambah canggung.

Alih-alih ditulis untuk menakut-nakuti, tips ini saya tulis dengan tujuan untuk menghindari hal-hal tadi. Karena pada akhirnya, saya berhasil mewawancarai sang tukang batagor dan mendapatkan jawaban yang saya inginkan dengan menghindari kesalahan-kesalahan tadi. Meskipun pengalaman yang saya dapat tidak sesuai rencana awal, saya tetap mendapatkan pelajaran lain yang sama berharganya.

*Salman

Grafiti Persib di sudut pasar

Grafiti Persib di sudut pasar

#artikel #my-idea-school