Fokus Bubar, Tugas Menumpuk: Cerita Saya Lawan Distraksi
Lagi enak-enaknya ngerjain sesuatu, tiba-tiba ada tugas baru nongol. Fokus bubar, rencana ambyar, dan tau-tau udah tenggelam di sosmed berjam-jam. Niat awal produktif, tapi ujungnya malah nyesel sendiri. Itu kejadian banget ke saya kemarin. Di artikel ini saya mau cerita, gimana distraksi kecil bisa ngalahin niat besar—dan gimana saya coba balik lagi pelan-pelan.
Jadi, kemarin itu adalah hari kedua masuk sekolah, yaitu di tanggal 15 April 2025. Di hari itu sih enggak terlalu banyak kegiatan ya, untuk kelas 11. Kelas 11 sendiri sebenarnya agak gabut ya, karena baru awal masuk sekolah. Jadinya, enggak ada pelajaran sama sekali (ya gitulah umumnya sekolah). Tapi saya dapat info dari teman saya yang di kelas 12, mereka justru ada ujian di hari itu.
Nah, kerennya saya saat di hari itu, walaupun dari sekolah enggak ada kegiatan, saya tetap melakukan kegiatan produktif. Awalnya saya mau mengerjakan passion project di sela-sela kegiatan sekolah, tapi saya dengar Kak Suci, salah satu guru kami, sedang ada di sana. Beliau nyeletuk,
“Eh gimana nih progres videonya?”
Terus saya dan Alika jawab, “Belum, belum beres, Kak.”
“Oh, kalau gitu bikin timeline dulu aja biar jelas deadline-deadline-nya,” usul Kak Suci.
Nah, dari situ saya langsung kayak, “Oh iya, benar juga.” Akhirnya saya inisiatif membuat timeline-nya projek video dokumenter.
Semuanya berjalan cukup lancar, otaknya mikir, dan saya mengerjakan sesuatu yang produktif sampai tiba-tiba salah satu guru yang lain datang dan memberikan pengumuman bahwa ada penyampaian materi. Materinya adalah tentang pentingnya melakukan pemilihan jurusan yang tepat.
Di situ dijelaskan alasan kenapa harus memilih jurusan yang tepat; kenapa harus memilih universitas yang tepat juga, yang harganya cocok serta sesuai dengan kemampuan finansial keluarga. Alasannya agar nanti kita di tempat kuliah merasa nyaman dan bisa mengerjakan pelajaran ataupun tugas dengan sepenuh hati, juga tetap bisa bertahan sampai nanti akhir kuliah. Atau bahkan bisa lulus lebih cepat karena jurusan yang dipilih sesuai dengan minat dan bakat kita.
Nah, setelah presentasi dari guru tentang pemilihan jurusan yang tepat itu, kami mendapatkan tugas untuk membuat presentasi. Isinya adalah tiga jurusan yang diminati, universitas yang memiliki jurusan tersebut, lokasinya di mana, biayanya, apakah ada beasiswanya, dan lain-lain. Informasinya harus dicari dengan cukup detail.
Di situ tuh mulai kayak kerasa ada kendala. Hal itu menjadi kendala karena fokus saya jadi terganggu pas waktu bikin timeline itu, dengan adanya si tugas yang tiba-tiba ini. Akibatnya adalah fokus dan rencana saya jadi buyar. Yang awalnya fokus dan rencana saya saat itu adalah untuk mengerjakan timeline, lalu melanjutkan passion project, menjadi buyar karena tiba-tiba ada materi dan tugas mendadak.
Dan lucunya, pas waktu kami bertanya ke guru, Pak Guru tuh ngejawab deadline-nya hari Rabu (alias hari ini). Dan spoiler: ternyata Rabu ini enggak ada presentasi, malah diundur ke minggu depan 🤏🤏🤏.
Kemarin tuh stres banget mikirin tugas ini. Saya harus nyari tiga jurusan yang saya minati, tapi posisi saya enggak terlalu minat untuk nyari hal tersebut. Nah, di situ fokusnya buyar. Dan setelah buyar, saya kan jadi kehilangan motivasi buat mengerjakan tugas-tugasnya.
Di antara kegusaran dan kemalasan yang saya rasakan, bukannya ngumpulin motivasi dengan cara apa pun (misalnya baca buku atau hal lainnya yang bisa ngumpulin motivasi), saya malah nonton YouTube. Dan bukannya termotivasi, malah makin demotivasi karena tidak terselesaikan masalahnya.
Akibatnya adalah saya enggak ngerjain semuanya di hari itu. Timeline enggak beres, passion project enggak, terus presentasi jurusan juga enggak dikerjain. Saya terjebak dalam pusaran internet yang memabukkan.
Apresiasi Diri
Saya udah beberapa kali menulis artikel tema ini tahun lalu, tahun lalunya, dan tahun lalunya lagi. Dan selalu di artikel itu isinya cuma ngeluh aja: selalu terdistraksi, terdistraksi, dan terdistraksi. Ini tuh adalah masalah yang berulang, udah dari tahun ke tahun.
Karena itu, saya di sini enggak mau akhir dari artikel ini keluhan doang. Saya mau ada pelajaran yang didapat dari masalah yang dialami ini.
Pertama, saya mau mengapresiasi diri karena sudah bangun jam 3.00 pagi buat ngerjain tugas passion project ini, dan sudah olahraga mandiri jalan pagi. Kemarin tuh achievement banget! Hal yang patut dibanggakan karena mau bangun jam segitu dan ngerjain tugas dengan sepenuh hati.
Semangat tuh rasanya kekumpul di pagi itu. Mungkin awalnya enggak ngerasa mood buat mengerjakan, tetapi mood itu dibangun dengan niat, dan akhirnya mood pun datang dengan sendirinya. Dan saya bisa mengerjakan sebagian kecil progres dari passion project ini.
Refleksi Diri
Pelajaran Pertama
Nah, pelajaran yang saya dapat di sini ya, saya perlu melatih diri saya untuk tidak mudah buyar fokusnya. Dan kalau fokus saya buyar, gimana caranya ngembaliin fokus itu. Karena sepertinya kekurangan saya saat ini adalah ketika sesuatu tidak sesuai dengan rencana, biasanya tiba-tiba otak enggak bisa berpikir. Jadi error dan tidak bisa menemukan jalan keluar lain.
Kayak misalnya jalan ini diblokir, nah alternatif jalan lainnya apa? Alternatif keputusan yang bisa diambil tuh apa? Hal itu saya perlu pelajari.
Pelajaran Kedua
Nah, terus pelajaran kedua: cari alat hiburan selain YouTube. Karena kan kalau YouTube itu ibarat kayak hiburan yang enggak ada habisnya. Seperti yang kita ketahui bersama, YouTube itu rekomendasinya sesuai banget sama kita. Semakin banyak kita nonton YouTube, tuh semakin mereka "mengenal" kebiasaan kita.
Akhirnya ditunjukkan video-video yang sesuai dengan minat & ketertarikan kita, dan akhirnya kita terus terjebak menonton video-video YouTube.
Oleh karena itu, perlu cari alat hiburan lain yang bisa jadi ngisi waktu istirahat saya, tapi tidak berlebihan. Baca buku ataupun olahraga mungkin alternatif yang baik, walaupun saat ini kesannya masih kurang menarik dibandingkan dengan menonton YouTube. Dopaminnya tidak sebanyak menonton YouTube.
Saya bakal cari tahu deh solusinya, biar tidak terjebak dalam pusaran distraksi.
Pelajaran Ketiga
Kemudian, pelajaran yang ketiga dan terakhir adalah: kalau misalnya sedang ada tugas-tugas kayak gitu, ya harus menjauhkan diri dari HP sampai Magrib. Karena sumber distraksi saya tuh banyaknya dari HP.
HP dan laptop sama-sama mendistraksi saya, cuman HP itu lebih mendistraksi daripada laptop karena tugas saya itu ada di laptop. Sedangkan di HP biasanya enggak terlalu ada, kecuali cuma buat bikin ini aja, si Voice Blogs1.
Selain itu, ya kebanyakan tugas adanya di laptop. Karena itu, saya perlu dijauhkan dari HP sampai Magrib.
Cara ngejauhinnya bisa dititipin ke orang tua, atau enggak, ditaruh di laci. Paling ampuh sepengalaman saya: dimatiin. Karena kalau cuma di-lock, mudah banget buat dinyalain lagi, dan itu membuat saya mudah terdistraksi. Jadi mungkin yang pertama ya dimatikan, terus disimpan ke orang tua. Mungkin itu solusinya untuk saat ini.
Perlu disadari—khususnya untuk diri, umumnya buat para pembaca—bahwa perubahan itu harus dilakukan secara perlahan dan konsisten. Enggak bisa sekali jadi, langsung berdampak, terus ya kita langsung baik di hari itu juga. Itu mustahil.
Kebiasaan buruk pun sebenarnya terbangun secara perlahan-lahan juga—entah dibangun secara sadar ataupun tidak sadar—secara konsisten. Makanya sampai saat ini masalah ini terus berulang, karena itu adalah kebiasaan yang dibangun dari dulu.
Oleh karena itu, perbaikan juga harus dibangun secara perlahan dan secara konsisten. Memang berat sih, apalagi ini saran yang muncul dari seseorang yang masih terus bermasalah.
Saya harap kalian yang mengalami masalah serupa bisa menemukan solusinya yang membuat kalian setidaknya lebih rajin satu-dua persen daripada minggu sebelumnya.
Sekian dari saya. Mohon maaf kalau ada salah kata dan penyampaian yang buruk. Terima kasih sudah mau baca!
(Penulisan Artikel dirapihkan dengan bantuan AI)
Voice Blog adalah metode saya menulis artikel ini. Penasaran? Kapan kapan dikasih tau ya hehe↩