Salman Web

Ketika Monyet lebih memilih Susu UHT daripada Buah

Seekor monyet duduk di atas trotoar dekat hutan, menikmati biskuit. Foto oleh @jusdevoyage di Unsplash

Seekor monyet sedang menikmati biskuit. Foto oleh @jusdevoyage di Unsplash

Kalian pasti sudah mendengar slogan Milkita: satu milkita setara dengan 3 gelas susu. Tapi pernahkah kalian mendengar bahwa satu bungkus susu UHT setara dengan kerusakan pola makan hewan liar?

Disini saya mau berbagi cerita, tentang obrolan saya bersama salah satu anggota komunitas River Cleanup, mengenai bagaimana sampah yang kita buang sembarangan ternyata menyebabkan perubahan kritis dalam perilaku makan hewan liar.


Plogging 🏃‍➡️🗑️

Pintu masuk taman hutan Raya terbuat dari batu dengan papan nama bertuliskan "Gerbang Letjen Mashudi, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda"

Pintu masuk Taman Hutan Raya

Jadi di tanggal 20 Juni, saya dan keluarga pergi ke Tahura (Taman Hutan Raya) untuk mengikuti acara plogging yang diadakan komunitas Tumbuh Membumi.

Plogging adalah kegiatan memungut sampah sambil joging. Istilah ini berasal dari bahasa Swedia, gabungan kata "plocka upp" (memungut) dan "jogga" (berjoging), yang kemudian diserap ke bahasa Inggris.1

Awal Dialog 💬

Kami sampai di Tahura sekitar pukul 8:00. Sesampainya disana, kami tidak melihat panitia di sekitar situ. Sambil menunggu kami duduk di sekitar parkiran sembari memperhatikan sekeliling.

Tiba tiba saya melihat ada tiga manusia gak jauh dari kami, satu orang bapak dengan dua anaknya lagi duduk-duduk di dekat pohon dekat parkiran. Terlihat di baju salah satu anaknya ada logo komunitas River Clean Up. Nah, saya ada feeling bahwa keluarga ini mau mengikuti plogging juga.

Akhirnya saya memberanikan diri mendekati mereka dan bertanya,
"Pak, ini Bapak dan keluarga ikut acara ini ya?" sambil menunjukkan postingan Instagram Tumbuh Membumi. Beliau menjawab, “Iya, benar, Dek.” Dari situ, kami pun mulai mengobrol.

Seorang perempuan remaja mengenakan hijab berjalan di Tahura sambil membawa kantong sampah berwarna hitam

Seorang perempuan remaja memunguti sampah

Kami ngobrol-ngobrol sebentar, kenalan nama dan bertanya tentang beberapa hal. Obrolan ringan tersebut membawa saya pada topik menarik: komunitas River Cleanup sedang meneliti dampak sampah terhadap perilaku hewan, terutama monyet-monyet di Tahura.

🐒: 🧋>🍌

Menurut penjelasan Bapak tersebut, monyet butuh glukosa setiap hari. Secara alami, mereka mendapatkannya dari buah dan tanaman hutan. Namun sekarang, karena banyaknya sampah, monyet-monyet lebih suka mengorek sisa-sisa susu UHT dalam kemasan bekas.

Kenapa? Karena kandungan glukosa dalam susu UHT jauh lebih tinggi dibanding buah-buahan alami.

Belum paham? Mari kita buat perumpamaan dari manusia. Bayangkan manusia yang awalnya makan masakan rumahan tanpa penyedap rasa. Ketika kenal dengan MSG, kita merasa makanan tersebut jadi lebih enak, akhirnya hampir semua makanan kita kasih bumbu penyedap. Akibatnya, makanan tanpa MSG terasa hambar. Hal yang sama terjadi pada monyet. Setelah mengenal "makanan manusia", buah-buahan jadi tidak menarik lagi.

Penjelasan dari bapak tersebut membuat saya kaget. Saya tidak pernah menyangka bahwa sampah yang kita buang tidak hanya berdampak kepada tanah saja, tapi berdampak juga kepada perilaku hewan. Dan itu tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Saya mengira, hewan-hewan tidak akan tertarik dengan bungkusan sampah snack. Ternyata saya salah besar.

Monyet-monyet tersebut lebih memilih turun mengorek sampah daripada memanjat pohon untuk mencari buah demi kandungan glukosa yang lebih tinggi

Saya pun bertanya kembali, “Pak, apakah pola makan mereka masih bisa dikembalikan ke semula?”

Beliau menjawab, “Agak terlambat, tapi bisa dicegah agar tidak makin parah. Caranya dengan mengisolasi tempat sampah, supaya mereka kembali mencari makanan alami.”

Kenapa Tong Sampah di Tahura Jarang Ditemui?

Apa yang disampaikan Bapak member River Cleanup tadi ada hubungannya dengan pernyataan guide di acara plogging ini.

Sebagai konteks, ketika kami melakukan plogging, ada guide dari Tahura yang ngatur rutenya. Rutenya tuh dari titik kumpul ke Goa Jepang dan Goa Belanda. Selama berjalan kami nyari sampah yang kemudian dimasukan ke trash bag hitam. Kami juga boleh tanya-tanya ke guide-nya seputar Tahura.

Dua pria membentangkan kantong jaring merah di area tahura saat kegiatan luar ruangan.

Dua orang guide membentangkan kantong sampah

Saya bertanya ke guide-nya sambil mungutin sampah, "Pak, emang benar ya monyet-monyet disini suka mengorek sampah?" Bapaknya jawab, "Iya, betul. Kalau akang tahu, monyet-monyet itu pada nyari botol Mizone bekas.” lanjut Bapak Guide tersebut, “Kalau sudah dapat, mereka buka botolnya dengan cara gigit dari bawahnya. Nanti ketika airnya keluar mereka minum."

“Dan kalau Akang perhatiin” Guide tersebut menunjuk ke jalan disekitarnya, “sepanjang track Tahura ini tuh kan enggak ada tong sampah ya. Alasannya biar mereka enggak ngorek-ngorek sampah.”

“Karena kalau misalnya tong sampah ada di sepanjang trek, petugas akan kesulitan menjaga titik-titik tong sampah itu. karena gak ada penjaganya tempat itu jadi rawan. Nah, monyet-monyet akan ngorek-ngorek di situ. Makannya tong sampah itu hanya ada di pos-pos tertentu, yang bisa diawasi sama kita manusia.”

Refleksi Akhir 🧘

Topik pembahasan saya baik dengan guide ataupun bapak dari komunitas River Clean Up, benar-benar ngebuka mata saya bahwa ternyata sampah kita tidak hanya mencemari lingkungan, tapi juga mencemari perilaku hewan.

Monyet-monyet di Tahura sekarang bergantung pada sampah manusia untuk bertahan hidup. Pola makan mereka berubah, dan itu bisa berdampak panjang terhadap ekosistem.

Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

  1. Edukasi teman dan masyarakatmu tentang dampak sampah terhadap hewan liar
  2. Bawa pulang sampah sendiri jika tidak ada tempat sampah di sekitar
  3. Buang pada tempatnya, demi lingkungan dan hewan-hewan

Terakhir, mari kita renungkan:

Kucing di sekitar rumah kalian, makan dari mana hari ini?
Apakah dari tempat makan… atau dari tumpukan sampah?

Tumpukan kantong sampah hitam hasil plogging di area taman

Tumpukan kantong sampah hasil plogging.

Catatan:
Artikel ini berisi pengalaman dan opini pribadi penulis.
Ditulis manusia, dirapihkan AI

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Plogging

#indonesia